Konsep ASI (Air Susu Ibu) dan Menyusui mulai dari :
1. Definisi ASI
1. Definisi ASI
Air susu ibu adalah makanan yang
paling ideal untuk bayi. Semua unsur gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi normal ada di dalam ASI. Oleh karena
itu, menyusui menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi. Menyususi juga bisa membangun hubungan yang hangat antara ibu dan
bayi. Hal ini sangat penting bagi perkembangn psikologis yang sehat dari
sang bayi. Menyusui bayi berarti memberikan awal kehidupan yang baik
kepada seorang anak. (Ratih Novianti: 2009).
Air susu ibu adalah nutrisi
terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan,
karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya
terhadap kebutuhan bayi. Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI
terbukti dapat melawan infeksi, membantu mematangkan sistem imunitas,
mengurangi gangguan pencernaan dan mendukung pertumbuhan otak bayi serta
sesuatu yang tidak dapat diperoleh oleh susu buatan pabrik.
Pemberian ASI bagi bayi juga
memberikan keuntungan jangka panjang pada anak, diantarannya: terhindar
dari penyakit alergi ,asma, obesitas, dan bahkan beberapa jenis kanker.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa ASI tidak hanya membuat bayi
anda sehat tetapi juga membuat mereka lebih cerdas. Bagi ibu yang
menyusui juga memberikan banyak manfaat. Hormon yang dihasilkan saat
menyusui akan mengurangi pendarahan yang mungkin terjadi pasca
persalinan dan membantu rahim mengecil kembali keukuran semula. Menyusui
juga dapat mengurangi resiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu,
diantaranya: kanker payudara. Ibu yang menyusui anaknya akan hidup lebih
bersih dan teratur serta lebih memperhatikan kesehatan tubuh lingkungan
agar si kecil tetap sehat. (Ratih Purwanti,2009).
2. Sejarah ASI
Pada tahun 1990, WHO-UNICEF
membuat deklarasi yang dikenal dengan deklasi innocent
(innocenti;declaration). Deklarasi yang dilahirkan diinnocent Italia ini
bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberikan dukungan pada
pemberian ASI. Pada deklarasi yang juga ditandatangani oleh Indonesia
ini, dijelaskan bahwa untuk mengingat kesehatan dan mutu makanan bayi
secara optimal, maka semua ibu dianjurkan memberikan ASI sejak lahir
hingga usia 4 bulan. Setelah berumur 4 bulan, bayi mulai diberikan
makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Suprayoga, 2009).
3. Keunggulan ASI
Dilihat dari kandungan
nutrisinya, ASI masih merupakan makanan yang terbaik dan telah memenuhi
kebutuhan bayi dari 0 hingga 6 bulan lebih hingga 100%. ASI mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan enzim yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI akan mengurangi resiko dari berbagai
jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga dibutuhkan bagi otak, mata,
dan pembuluh darah yang sehat.
ASI dapat mencegah anemia pada
bayi karena mengandung zat besi yang dapat diserap lebih baik dari pada
zat besi dari sumber lainnya. Selain tiu, ASI jga membuat bayi tidak
akan kekurangan nutrisi, karena ASI mampu memenuhi kebutuhan energi
bayi.(Ratih novianti, 2009).
Manfaat ASI untuk bayi, diantaranya:
- ASI sebagai nutrisi.
- ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
- ASI menigkatkan kecerdasan.
- ASI mempercepat jalinan kasih sayang.
- Kandungan gizi pada ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
- Mudah dicerna dan diserap.
- ASI bersih dan segar.
- Aman dan murah.
- Melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit imlikasi.
- Memperindah kulit, gigi dan bentuk bentuk rahang.
- Tersedia pada suhu yang tepat sehingga bayi tidak harus menuggu.
- Jarang terkena diare tidak akan sembelit dan jarang terkena alergi
4. Proses Produksi ASI
ASI diproduksi dari hasil kerja
sama antara faktor hormonal dan saraf. Untuk membahas mengenai bagaimana
ASI dapat diproduksi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hormon
estrogen. Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim
untuk merangsang pertumbuhan organ seks, seperti payudara dan rambut
pubik, serta mengatur siklus menstruasi. Hormon estrogen juga berperan
menjaga tekstur dan fungsi payudara membesar dan merangsang pertumbuhan
kelenjar ASI. Selain itu, hormon estrogen memperkuat dinding rahim saat
terjadi kontraksi menjelang persalinan. Payudara terdiri atas kumpulan
kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang
dada bagian dalam payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan
berserat yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dan
mempengaruhi bentuk serta ukuran payudara. Terdapat juga pembuluh darah
dan kelenjar getah bening. Kelenjar di dalam payudara yang dikenal
sebagai kelenjar lobule membentuk lobe atau kantung penghasil susu yang
akan menghasilkan susu setelah seorang perempuan melahirkan. Terdapat
sekitar 15-20 kantung penghasil susu pada setiap payudara, yang
dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul di dalam puting.
ASI tidak diproduksi selama
kehamilan karena ada faktor-faktor yang menekan pelepasan hormon
prolaktin. Salah satunya berkat kerja hormon estrogen bisa kita
bayangkan jika susu sudah diproduksi sejak awal kehamilan sementara
belum ada yang menghisapnya, para ibu tentu harus membuaang ASI setiap
hari. Proses produksi sampai air susu memenuhi payudara sekitar satu
hari hingga tiga hari. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir apabila air
susu belum keluar atau yang keluar hanya sedikit sekali pada hari-hari
pertama yang diproduksi payudara saat produksi ASI dimulai. Cairan
kolostrum berbentuk encer, manis, dan mudah dicerna. Awalnya kolostrum
berbentuk kental dan berwarna kuning, semakin dekat dengan persalinan,
kolostrum semakin encer dan warnanya memucat.
ASI diproduksi setiap saat
sebelum, selama, dan sesudah bayi menyusu. ASI yang telah diproduksi
disimpan dalam payudara ibu. Volume ASI yang disimpan dipayudara akan
lebih banyak jika masa jeda waktu menyusu berikutnya lebih lama. Volume
ASI yang disimpan dalam payudara relatif bervariasi pada tiap ibu dan
tidak ditentukan dari ukuran payudara. ASI tidak akan pernah habis 100%
meskipun bayi telah menyusu payudara setiap saat. Penelitian lakasi
membuktikan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI pada payudara.
Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI diproduksi.
Jadi, jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti
meminum air di dalam gelas dengan sedotan, begitu diminum akan
berkurang.
Pada bebrapa hari pasca
melahirkan,ASI mulai diproduksi oleh organ penghasil ASI. Pada hari
pertama produksi ASI tidak ditentukan dari beberapa banyak ASI akan
dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi ASI sangat
ditentukan dari berapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan cara
disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai
mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada minggu pertama umumnya ibu
memproduksi ASI melebih kapasitas yang dibutuhkan bayi, terutama jika
ibu menyusui dengan baik. Di masa tersebut banyak ibu mengalami rembesan
ASI atau payudara terasa penuh atau bengkak kondisi ini tidak akan
berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI ibu sedang dalam
proses penyesuain terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.
Sekitar minggu keenam hingga
bulan ketiga kadar prolaktin akan mulai berkurang secara berahap hingga
akhir masa menyusui. Pada masa tersebut payudara mulai terasa tidak
penuh, rembesan ASI berkurang dan refleks aliran ASI mulai tidak terasa.
Kandungan ASI yang diproduksi ibu selalu berubh dari waktu ke waktu. Di
menit-menit awal menyusui, ASI kaya akan protein, rendah lemak dan
cenderung lebih encer seperti susu formula yang kebanyakan air. ASI yang
dinamakan susu awal atau foremilk ini berfungsi untuk mengenyangkan
saat menyusui, ibu tidak dapat membedakan secara pasti antara foremilk
dan hindmilk karena perubahannya berlangsung secara perlahan.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Untuk meningkatkan produksi ASI hendaknya kita mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi ASI. Faktor tersebut adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu
yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu
kualitas ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat
cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang
terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperukan
kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan nasi untuk
membuat 1 liter ASI.
Apabila ibu yang sedang menyusui
bayinya tidak mendapat tambahan makanan, tentu akan mengkibakan
terjadinya kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Terlebih lagi
jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan. Meskipun tidak ada pengaruh yang jelas terhadap jumlah air
minum dalam jumlah yang cukup, seorang ibu tetap dianjurkan selain
mengkonsumsi makanan tambahan sebagai sumber protein seperti ikan dan
telur, serta bahan makanan sebagai sumber vitamin, juga di perlukan
untuk menjamin kadar berbagai vitamin yang dibutuhkan dalam ASI.
b. Ketentraman jiwa dan pikiran
Produksi air susu ibu sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah,
kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin
akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada dua macam refleks yang
menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya adalah refleks prolaktin
dan refleks milk ejaction.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya
pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu
yang melahirkan dirumah sakit atau klinik bersalin, mereka tetap
menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik
kemudian ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Akan
tetapi, masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Kondisi ini
sering kali kita temukan hingga sekarang, pengaruh itu bahkan diperparah
dengan keadaan di sekeliling kamar bersalin yang dipasang dan ditempeli
gambar-gambar atau foster memuji penggunaan dan manfaat berbagai macam
merk susu formula atau susu buatan.
d. Pengaruh alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Kita bisa bayangkan betapa
sedikitnya informasi yang diterima oleh para ibu tentang penggunaan pil
KB. Dalam aturan kesehatan selama ibu yang dalam masa menyusui tidak
dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi berupa pil yang mengandung
hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
secara keseluruhan, maka dari itu alat kontrasepsi dalam rahim yaitu IUD
atau spiral. Kerena AKDR dapat merangsang uteru ibu sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon
yang dapat merangsang produksi ASI. (Anton Baskoro, 2008)
2. Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir
kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila
tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat
menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari jumlah ini, akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu
kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6
bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi bayi.
Setelah 6 bulan volume
pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi
tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan
tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak
yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau
penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya
bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.
Akan tetapi, ada penelitian yang dilakukan oleh para ahli pada beberapa
kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang
bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua
anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali
menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran
payudara tidak ada hubungannya volume air susu yang diproduksi, meskipun
umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya
tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil
ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami
kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml
selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 buan kedua, dan 300-500 ml
dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri
pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak
akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi
selama menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadinya keadaan dimana
peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi ASI-nya.
Produksi dari ibu yang kekurangan
gizi sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat
yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah, dimana
ibu-ibu sngat kekurangn gizi sering kali ditemukan “marasmus” pada
bayi-bayi berumur 1 tahun hanya diberi ASI. (Baskoro, 2008)
3. Komposisi ASI
Kandungan zat gizi dalam
kolostrum (ASI yang pertama keluar hari pertama sampai ke tiga sesudah
melahirkan ) memiliki protein sangat yang sangat tinggi. Hal ini
menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit
kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan
bayi pada minggu pertama. Komposisi zat gizi yang terdapat pada asi
tersebut terdiri dari:
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk
laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh
kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan pasi adalah 7:4
sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan pasi. Hal ini
menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau
meminum pasi. Dengan demikian pemberian asi akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan
nutrisis yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi
energi untuk kerja sel-sel saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan
penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di dalam susu (faktor
yang menghambat pertumbuhann bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan ) mempercepat
pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah
dibandingkan dengan pasi. Namun, protein-protein ASI sangat cocok
karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem
pencernaan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingn protein unsur whey
dan casein dalam ASI adalah 65:35 sedangkan dalam pasi 20:80. Artinya,
protein dalam pasi hanya sepertiga protein asi yang diserap oleh sistem
pencernaan bayi yang harus membuang 2 kali lebih banyak protein yang
susah diabsorbsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita
diare dan defekasi dengan berbentuk biji cabe menunjukan adanya makanan
yang sukar diserap bila bayi di berkan pasi.
c. Lemak
Kadar lemak dalam asi pada
mulanya rendah kemudian menigkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah
kadarnya setiap kali dihisap oleh bayi hal ini terjadi secara otomatis.
Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10
menit kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua
dan akan terus berubah menurut perkembangn bayi dan kebutuhan energi
yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringn otak
dan sangat mudah dicerna karena mangandung enzim lipase. Lemak dalam
berbentuk omega 3, omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim,
karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya
enzim, bayi akan sulit menyerap lemak pasi sehingga menyebabkan bayi
lebih mudah terkena diare jumlah asam linoleat dalam asi sangat tinggi
dan perbandingnnya dengan pasi yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis
asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk
memacu perkmbangan sel saraf otak bayi.
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang
lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi
kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya
dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam pasi kandungan mineral jumlahnya
tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap hal ini akan
memperberat kerja usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi yanng tidak normal.
Bayi akan kembung, gelisah kerena obstipasi gangguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang
lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali
vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin
K. (Anton Baskoro, 2008).
4. Cara Tepat Pemberian ASI
Ibu yang menginginkan manfaat
optimal dari pemberian ASI, pertama-tama harus paham bahwa untuk itu
diperlukan dua syarat utama, yaitu: Pertama, pemberian ASI harus
dilakukan dengan baik sehingga terjadi keberhasilan menyusui. Kedua,
pemberian ASI harus dilakukan secara eksklusif paling sedikit selama
empat bulan den lebih baik lagi jika sampai 6 bulan.
Pemberian ASI yang baik adalah
yng sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand) jika ASI diberikan ketika
saat anak ssudah terlalu lama. Jadi, keberhasilan menyusui harus diawali
dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat untuk pemberian ASI.
Jika diperhatikan dengan baik,
sebelum menangis, bayi bisa memberikan tanda-tanda kebutuhannya akan
ASI. Misalnya berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau
memainkan tangan dimulut. Namun ketepatan waktu saja tidak cukup.
Buktinya, tidak jarang kegagalan dalam menyusui masih terjadi. Jika hal
itu terjadi, ibu jangan lekas berputus asa. Harus dipahami bahwa
kegagalan biasanya disebabkan tehnik dan posisi menyusui yang kurang
tepat. Bahkan tehnik dan posisi menyusui yang kurang tepat, bahkan
karena produksi ASI-nya yang sedikit. ASI sendiri sebenarnya tak pernah
kurang, karena produksinya akan disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
Bahkan ada ibu yang produksi ASI-nya bisa sampai dua liter per hari.
Kegagalan tehknis menyusui bisa
terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot.
Bagaimanapun, cara minum ASI secara langsung dengan menggunakan dot
sangat berbeda sekali. Dengan dot susu sudah akan keluar walau hanya
ujungnya yang di hisap. Sementara itu apabila lngsung menyusu pada
biunya bayi harus membuka mulut lebar-lebar. Jadi, menyusu pada ibu
dengan cara seperti menghisap dot tidak akan bisa mengeluarkan ASI
dengan baik.
Di luar itu, kondisi psikologis
ibu juga harus menunjang karena pengaruhnya terhadap keberhasilan atau
kagagalan menyusui sangat besar. Ada ibu yang terlalu khawatir bahwa
dirinya tidak akan bisa menyusui. Padahal, sebenarnya ibu tidak
bermaslah. Justru kerena ibu terlalu khawatir, maka proses menyusui itu
tidak berhasil, dan kalau ibu yakin dapat menyusui, maka tak akan ada
masalah.
Ibu juga merasa gagal karena
bayinya hanya minum sedikit. Sebenarnya harus dilihat dulu, bagaimana
keadaan bayi. Sebab pada keadaan tertentu ia tidak membutuhkan banyak
susu. Jika ibu dilanda kecemasan seperti itu, contoh akibatnya yang
jelas antara lain hormon oksitosin ibu tidak akan keluar.Padahal hormon
ini merupakan salah satu hormon yang berperan dalam proses produksi ASI.
Sebaliknya,kalau ibu merasa tenang dan senang, maka hormon oksitosin
bisa keluar serta bekerja dengan baik.
Oksitosin berpengaruh dalam
proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu.Adanya hormon ini akan membuat
otot saluran ASI berkontraksi, sehingga ASI dalam kelenjar susu bisa
keluar keujung salurannya untuk kemudian dihisap bayi dengan mudah.
Sebaliknya, selama ASI digunakan, produksi oksitosin pun akan
berlangsung terus.
Bagi ibu, manfaat oksitosin ini
juga nyata. Selain mengerutkan otot-otot saluran untuk pengeluaran ASI,
hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim berikut pembuluh
darahnya mengkerut. Efek ini akan bekerja maksimal jika setelah
melahirkan, ibu langsung mulai menyusui bayinya. Dengan begitu maka
penyempitan pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan bisa dipercepat.
Hal ini jelas berdampak positif karena perdarahan dirahim bekas proses
persalinan akan cepat berhenti. Kalau otot-otot dirahim mengkerut,
otomatis pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga
perdarahan akan segera berhenti.
Khusus di Indonesia, angka
kematian ibu saat melahirkan sangat tinggi dan salah satu penyebabnya
adalah perdarahan setelah melahirkan. Padahal, sebenarnya kalau ibu
melakukan pemberian ASI dengan baik, kejadian perdarahan bisa dikurangi
dan risiko kematian bisa diperkecil. Jika perdarahan setelah melahirkan
semakin cepat berhenti, maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan
anemia pada ibu pun akan berkurang.
5. Alasan Penundaan Pemberin Makanan Padat Pada Bayi
a. Riset medis mengatakan
bahwa ASI membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama,
bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Evaluasi pada bukti-bukti yang
telah ada menunjukan bahwa pada tingkat populasi dasar pemberian ASI
adalah cara optimal dalam pemberian makanan kepada bayi.
b. Penundaan pemberian makanan
padat, dapat memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi.
Menunda makanan padat, dapat memberikan kesempatan pada sistem
pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang. Biasanya bayi
siap untuk makan makanan padat, baik secara psikologis, pada usia 6-9
bulan. Bila makanan padat sudah mulai di berikan sebelum sistem
pencernaan bayi siap untuk menerimmanya, maka makanan tersebut tidak
dapat menyebabkan reaksi yang tidak mmenyenangkan (gangguan pencernaan,
timbulnya gas, konstipasi dan lain-lain). Tubuh bayi belum memiliki
protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada
saat kelahiran dan dalam 3 sampai 4 bulan terakhir jumlahnya akan
mendekati jumlah yang cukup untuk mencerna makanan kasar sampai usia
sekitar 8 bulan, dan enzim pencerna kerbohidrat seperti maltase,
isomaltase, dan sekrase belum mencapai level orang dewasa sebelum 7
bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam jumlah yang
sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa.
c. Sejak lahir sampai usia
antara empat hingga 6 bulan bayi memiliki apa yang biasa disebut sebagai
“usus yang terbuka”. Ini berarti bahwa jarak yang ada diantara sel-sel
pada usus kecil akan membuat makro molekul yang utuh termasuk protein
dan bakteri patogen, dapat masuk ke dalam aliran darah. Hal ini
menuntungkan bagi bayi yang mendapatkan ASI karena zat antibodi yang
terdapat di dalam ASI dapat masuk langsung melalui aliran darah makanan
selain ASI.
d. Menunda pemberian makanan
padat membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangn zat besi.
Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yng mengandung zat besi,
terutama pada usia 8 bulan pertama mengurangi efisiensi penyerapan zat
besi pada bayi. Peneliti menympulkan mereka tidak menemukan adanya kasus
anemia di tahun pertama pada bayi.
e. Menunda pemberian makanan
padat, membantu mengurangi resiko bayi terjadinya obesitas dimasa
datang. Pemberian makanan padat terlalu dini sering dihubungkan dengan
meningkatnya kandungan lemak dan berat badan pada anak-anak.
f. Menunda pemberian makanan
padat membantu para ibu untuk menjaga kesediaan ASI mereka. Berbagai
studi menunjukan bahwa pada bayi makanan padat akann menggantikan porsi
susu dalam menunya, makanan tersebut tidak menambah total asupan pada
bayi. Makin banyak makanan padat yang dimakan oleh bayi, maka makin
sedikit susu yang dia serap dari ibunya, dan makin sedikit susu yang
diserap dari ibu berarti produksi ASI juga makin sedikit.
6. Memerah dan menyimpan ASI
Pengetahuan tentang cara memerah,
menyimpan, dan memberikan ASI perah sebaiknya dikuasai para ibu bekerja
yang ingin menyusui bayinnya. Ibu yang bekerja di anjurkan untuk
menyimpan ASI perah minimal dua hari sebelum mulai bekerja dan
meningglkan bayi. ASI sebaiknya di perah setiap tiga jam karena
produksi susu akan melimpah jika sering di keluarkan.
ASI pada dasarnya dapat diperah
melalui tiga cara, yakni menggunakan tangan, alat manual atau memakai
pompa elektrik. Cara apapun yang dipilih, faktor keberhasilan harus
tetap diperhatikan. Sebelumnya memerahan ASI, cucilah tangan anda dengan
sabun dan dengan air hingga bersih dan sediakan wadah tertutup yang
steril dan bersih untuk menampung ASI. Kemudan, perah sedikit ASI lalu
oleskan pada puting dan areola karena air susu ibu mengandung zat anti
bakteri.
Pada masa awal, ibu tidak perlu
putus asa jika jumlah ASI yang di peroleh tidak sebanyak yngdi inginkan.
Untuk menjadi terampil memerah ASI memang butuh wktu dan latihan.
Karena itu, ibu sebaiknya berlatih memerah ASI sekitr satu minggu
sebelum kembali bekerja. Selama di tempat kerja, ibu dianjurkan memerah
ASI sebanyak dua sampai tiga kali di tempat yang tenang.
Wadah untuk menampung ASI perah
sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah disterilkan, misalnya botol atau
cangkir tertutup rapat yang terbuat dari plastik atau gelas, tahan
dimasak dalam air mendidih, dan mempunyai mulut lebar agar ASI yang
diperah dapat ditampung dengan mudah. Bila ASI tidak langung diberikan
pastikan penyimpanannya aman dari kontminasi dan berikan label waktu
pemerahan pada setiap wadah ASI perah. Jika ASI perah akan di berika
kurang dari enam jam pada bayi, ASI tersebut tidak perlu disimpan dalam
lemari es. ASI perah t ahan enam sampai delapan jam di ruangn bersuhu
kamar 24 jam dalam termos berisi es batu, 48 jam dalam lemari es dan
tiga bulan dalam freezer.
Sebelum diberikan kepada bayi,
ASI yang dibekukan dicairkan terlebih dahulu dan diletakan dalam ruangan
dengan suhu kamar. Kemudian, wadah berisi air itu direndam dalam air
hangat sebelum diberikan kepada bayi. ASI sebaiknya diberikan dengan
cangkir atau sendok agar bayi bisa mengisap ASI sedikit demi sedikit.
Sesudah diberi ASI, bayi dipegang dalam posisi tegak agar sendawa.
B. Pengertian Menyusui
Menyusui adalah suatu proses yang
terjadi secara alami. Jadi, jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak
mampu menyusu bayinya. Meskipun demikian, menyusui juga perlu
dipelajari, terutama oleh ibu yang baru pertama kali memiliki anak agar
tahu cara menyusui yang baik dan benar. Menyusui artinya memberikan
makanan kepada bayi yang langsung dari payudara ibu. Menyusui adalah
proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui
bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Walaupun demikian dalam
lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
selalu mudah. (utami roesli, 2004)
Sumber : dedeyahya.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar