Catatan harian :
Hari ini setelah kurang lebih hampir 5 tahunan saya tdk melihat blog ini...bermula dari fasilitas kantor yg memblok situs blogspot dan ditambah lagi kesibukan yg bercampur dengan rasa malas sehingga melupakan untuk melanjutkan pembuatan blog ini..dan mulai hari ini saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan blog ini.
Ketika blog ini dibuat saat itu anak saya yg pertama baru lahir..dimana kita sempat long distance..2 belahan hati saya berjarak -/+ 1200 km..namun anugrah Tuhan mengambulkan kita bersama dalam kurun waktu 1 tahun setelahnya. Dan saat ini kenzie udah jadi kakak dan memiliki adik yg lucu dan gembul kemungkinan akan bertambah lagi adiknya..ππ..whos know...
Gianyar 5 maret 2018
Hari ini pagi2 dengan kegiatan rutin yg selalu berulang2 ..bangun pagi 5: 30 trus ngopi n ngerokok..setelah itu jam 06:00 bangunin si kakak yg luar biasa susah untuk bangun pagi ..akhirnya setelah perjuangan yg sepenuh hati..6:20 si kakak mao bangun n mandi sama mamanya..tentunya harus diiming2 dengan sesuatu..he he he...acara berlanjut hingga si kakak selesai berpakaian tk nya..sambil diiringi rengekan ngk mao sekolah..yg berulang2 ..lama2 sudah seperti lagu ππ..setelah itu baru aktivitas pribadi..dan saya pun melanjutkan untuk mandi bersiap2 untuk ke kantor..
Koming BloGG
Jumat, 02 Maret 2018
Selasa, 20 November 2012
POLA BAYI..
Pola Tidur Bayi
Bayi
yang baru lahir lebih banyak membutuhkan waktu untuk tidur seiring
perkembangan dari bulan ke bulan tidur bayi menglami Perubahan, jika saat bayi yang baru lahir total tidurnya Kira-kira 16 jam, setelah berusia 3 bulan menjadi 15 jam
Manfaat tidur :
Tubuh bayi beristirahat
Pertumbuhan tulang dan jaringan
Pertumbuhan tulang dan jaringan
Memngkatkan proses metabolisme
Memicu pertumbuhan fisik
Optimalkan perkembangan otak
Memulihkan pikiran dan daya ingat
Agar bayi tidur nyenyak :
Ventilasi baik
Pencahayaan yang tepat tidak terlalu gelap/terang)
Tidak berisik
Suhu ruang yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas
Susui bayi sebelum tengah malam
Dampak kurang tidur pada bayi:
Pertumbuhan hormone dan sd-sel tubuh akan terganggu
Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya kadar sel darah putih (efektivitas system daya
tahan tubuh)
Sering Menggeliat(Ngulet)
Ngulet
adalah gerakan yang biasa dilakukan oleh bayi bahkan kata orang dewasa
pun biasa melakukannya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika bayi
sering menggeliat/ngulet, karena belum ada penelitian yang membuktikan adanya indikasi
gangguan pada bayi. Ngulet pada bayi menandakan kemampuan motorik bayi
berkembang baik karena pada saat bayi ngulet, seberapa bagian tubuhnya
bergerak sekaligus secara bersamaan seperti kedua tangan, kaki pantat
dan punggung. Jika bayi mempunyai kelainan pada otot-otot tubuhnya maka
menggeliat sekecil apapun akan sulit dilakukan. Menggeliat bisa
diartikan seperti gerakan stretching (pemanasan otot).
Pemicu bayi menggeliat tubuhnya:
a.Lama tak beraktivitas
Lama
tidur menyebabkan otot-otot menjadi statis sehingga bayi menggeliat
untuk meregangkan otot-ototnya. Dengan begitu otot menjadi lebih relaks.
b.Terasa pegal
Bayi pun bisa merasa pegal akibat beberapa hal misalnya disebabkan oleh tidur yang terlalu lama, perjalanan jauh, posisi menggendong yang tidak nyaman,dan lainnya.Rasa pegal menimbulkan ketidaknyamanan sehingga bayi berusaha mengatasinya dengan cara menggeliat.Selain itu kita bisa membantunya dengan cara melakukan pemijatan untuk melancarkan peredaran darahnya. Pemijatan bisa dilakukan di daerah sekitar punggung,kaki,tangan,dan lainnya untuk menghilangkan rasa pegal.
Mengemut Jari
Bayi mengemut jari merupakan tahap perkembangan psikososialnya,Namun seiring bertambahnya usia,ia akan
menemukan keasyikan yang lain yang sesuai dengan perkembangan kemampuan kognitif,motorik dan sosial-
emosianal.Biasanya ketika bayi menginjak usia 3 bulan karena sudah mampu menggunakan sesuatu,yang banyak
bermanfaat
Adapun manfaat mengemut jari :
Adapun manfaat mengemut jari :
Menumbuhkan rasa nyaman dan aman
Menimbulkan kelekatan antara ibu dan bayi
Membantu tumbuh kembang bayi
Mengasah indera perasa bayi
Menjadi percaya diri mersa diterima lingkungan
Sebelum kebablasan hingga isia 12 bulan
> Masa ketergantungan
Ketika bayi merasa haus/lapar sebelum sempat mengemut
jarinya segera penuhi kebutuhannya
> Masa agresivitas
Alihkan perhatian bayi dengan biskuit atau mainan yang aman
dan bersih (teether)
SENAM BAYI
Gerakan senam bayi :
> Telentangkan bayi, luruskan kedua tangan di samping badan bayi.
> Gerakkan kedua tangan keatas
> Gerakan ke kesamping
> Gerakkan kedua tangan menyilang di depan tubuh
> Gerakan tangan ke atas secara bergantian antara kanan dan kiri ke samping kepala.
> Lakukan
gerakan beberapa kali sambil mengajaknya berbicara gerakan yang sedang
diperagakan. Lakukan gerakan yang sama beberapa kali baru ganti gerakan
yang lain. Tiap satu kali gerakan yang sama hams dimulai dengan posisi
awal.Gerakan ini berguna untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan otot lengan atas dan sendi bahu.
> Telentangkan bayi dengan kedua kaki lurus.
> Tekuk lutut bayi dan arahkan kearah perut. Tahan sebentar dan kembalikan keposisi semula.Lakukan beberapa kali.
> Tekuk kedua lutut secara bergantian, lakukan gerakan seperti mengayuh. Kembali ke Posisi semula dan lakukan gerakan beberapa kali.
> Tekuk kedua lutut lakukan gerakan memutar kea rah luar ke dalam dan kembali ke posisi awal.
> Angkat
kedua kaki dan arahkan ke atas perut sampai kedua telapak kaki bayi
saling bersentuhan. Kembali ke posisi awal dan ulangi gerakan.
Bermain Bagi Bayi
Manfaat bermain bagi bayi:
> Menumbuhkan kreativitas.
> Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
> Masuknya informasi bagi bayi mengenai lingkungannya.
> Lebih dapat mengenali lingkungan terdekatnya.
> Mendorong bayi untuk kerjasama dan tidak mementingkan diri sendiri.
Yang sebaiknya dilakukan saat bermain:
> Ajak bayi berbicara, lakukan kontak mata yang hangat untuk menjalin kedekatan
> Atasi kebosanan, biasa ditunjukkan bayi dengan tidak mau melakukan pengulangan.
> Bayi mengantuk, bayi rewel atau menangis.
Perkembangan bicara bayi:
1. Usia O-6
> Biasanya diekspresikan dengan menangis
> Kadang dengan teriakan dan senyuman
> Mulai menunjukkan respon terhadap bunyi
> Mulai menunjukkan respon ketika dipanggil namanya
> Mulai menunjukkan respon yang berbeda Dapat menyebutkan satu huruf vocal.
2. Usia 7—11 bulan
> Mulai banyak mengeluarkan suara dengan intonasi Derbeda
> Peka terhadap bunyi
> Mulai memahami kata 'tidak' dengan menggelengkan
Kepala
> sudah mengerti ekspresi marah
> Mulai pandai menirukan
> Mampu mengeluarkan kata walau belum tahu maknanya
3. Usia 2-18 bulan
> Mampu membedakan suara orang-orang terdekat
> Mampu menirukan suara binatang -
> Mulai memahami nama-nama anggota tubuh
> Mulai mengidentifikasi obyek sederhana/ menggambarTanda Kelelahan Pada Bayi :
Tanda-tanda kelelahan pada bayi
Lelah pada bayi biasanya dipengaruhi heberapa factor, misal kualitas tidur yang kurang nyaman atau terlalu capek.
> Melihat ke arah lain saat ditegur atau diajak bermain
> Memalingkan wajah dengan tidak menatap yang member respon
> Meregangkan punggung ke depan r Rewel, menangis atau mengeluarkan rengekan
> Bernafas lebih cepat/ lebih kencang
> Menahan nafas sebentar lalu dihembuskan lagi sampai merasa enak
> Menjadi pucat, kemerahan atau timbulbercak-bercak
> Tertegun atau frengong
> Bersin atau batuk karena daya tahan turun
> Cegukan
> Main ludah
> Buang air besar dikarenakan pencernaan bekerja lebih aktif
> Istirahat yang baik adalah memberikan waktu tidur yang berkualitas,supaya tubuh bayi akan segar dan fit kembali
> Mulai menyukai berbicara dengan mainan atau orang lain
Agar Bayi Cepat Tidur
a. Beri makanan yang cukup
Bayi
yang belum kenyang biasnya akan susah tidur dan mudah terbangun. Hal
ini bisa menyebabkan tidur bayi kurang berkualitas. Kualitas tidur bayi
selain berpengaruh pada perkembangan fisiknya juga berpengaruh pada
perkembangan sikapnya kelak. Bayi yang susah tidur dan sering terbangun
selain mengganggu kualitas tidur lagi, kualitas tidur orang tuapun juga
terganggu. Bayi jadi gampang rewel, orang tuapun juga mengalami
dampaknya seperti badan lemas dan aktivitas menjadi terganngu. Maka dari
itu penting sekali memenuhi kebutuhan fisik bayi agar bayi tidur dengan
nyenyak.
b. Pemilihan baju
pemilihan
baju yang tepat juga mempengaruhi kualitas tidur bayi. Baju yang
bahannya tidak menyerap keringat, kasar/ tidak lembut dan tidak sesuai
dengan ukuran tubuhnya harus kita hindari. Sebaiknya pilih baju yang
mudah menyerap keringat, bahannya lembut dan sesuai dengan ukurannya
tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Pemilihan baju yang
tepat akan membantu bayi tertidur lelap.
c. Bersihkan badan
Keringat
yang berlebihan selain membuat bayi tidak nyaman karena badan menjadi
lengket juga bisa menimbulkan gatal-gatal pada kulit sehingga akan
mengganggu tidurnya. Maka sebelum bayi tidur sebaiknya seka badannya
terlebih dahulu denganwaslap,setelah diseka bisa ditambahkan dengan
minyak telon dan bedak di perut dan punggung bayi agar bayi nyaman dan
cepat tidur.
d. Mengatur kamar
Kamar
yang nyaman mendukung untuk tidur dengan nyenyak. Keadaan kamar yang
nyaman ialah kamar yang tata cahaya, ventilasi dan suhunya terjaga, bisa
juga dilengkapi dengan tata warna yang mendukung untuk tidur dan
keadaan boks bayi yang nyaman dan aman. Agar bayi Anda nyaman ketika
tidur sebaiknya boks dilengkapi dengan kelambu untuk menjaga bayi dari
gangguan gigitan nyamuk. Hindari pemakaian pewangi ruangan dan obat
pengusir nyamuk karena bisa membuat bayi terganggu pernapasannya.
e. Buang air sebelum tidur
Latihlah
agar bayi buang air besar dan buang air kecil sebelum tidur. Memang hal
ini tidak menjamin bayi tidak BAK atau BAB di malam hari tapi
setidaknya kita telah mengajarinya untuk mengontrol jam biologisnya
sehingga kedepannya bisa terbiasa. Selain itu agar bayi tidur nyaman
tanpa terganggu oleh celana/popok yang basah bisa dengan cara
menggunakan pampers.
f. Menyalakan musik
Musik
yang indah dapat membuai bayi dengan cepat sehingga bayi cepat tidur.
Terlebih jika ibu sering memperdengarkan musik sejak dalam kandungan.
Musik yang indah selain memberikan efek bayi cepat tidur juga memberikan
efek terapi yang dapat merangsang perkembangan otakbayi.
5. Bila Tidur Bersama Bayi
Posisi aman bila tidur bersama bayi:
> Kasur sebaiknya dipindah dilantai/ tanpa ranjang
> Ukuran tempat tidur yang memadai
> Sebaiknya ibu di sebelah bayi untuk memudahkan menyusui
> Hindari tidur dengan bayi apabila berat ibu lebih dari 80 kg
Pola Pertumbuhan Bayi s/d umur 1 tahun
Pola Pertumbuhan Bayi s/d umur 1 tahun
Tidur sepanjang hari.
Bereaksi terhadap suara.
~ Umur 1 - 2 bulan
Lebih sering terjaga
Mulai dapat mendesis
Mulai dapat melihat sekeliling
Mulai biasakan bayi dengan udara luar rumah
~ Umur 2 - 3 bulan
Bila di bawa ke luar rumah, bayi menggerak-gerakkan mata. Mulai dapat mengedipkan mata. Ada yang
mulai dapat mengangkat badannya bila di tidurkan tengkurap.
~ Umur 3 - 4 bulan
Tertawa bila ada orang yang mengajak bicara.
Mulai mengisap jari-jarinya.
Mulai dapat mengangkat kepala sedikit tinggi.
~ Umur 4 - 5 bulan
Mulai dapat memegang
Mulai dapat mengenal orang, terutama ibunya
Mulai dapat tengkurap
Bila bayi terus menerus mengisap jari berikan dot yang bersih.
~ Umur 5 - 6 bulan
Berusaha memamsukkan benda ke dalam mulut.
Melonjak-lonjak bila di gendong atau di pangku.
Dapat merubah posisi tidur
~ Umur 6 - 7 bulan
Mulai dapat duduk sendiri sejenak
Dapat memindahkan mainan dari tangan yang satu ke tangan yang lain.
~ Umur 7 - 8 bulan
Mulai tumbuh gigi
Bereaksi bila namanya di panggil
Mulai dapat memegang mainan dengan kedua tangan.
~ Umur 8 - 9 bulan
Ada yang sudah bisa merangkak
Mulai dapat mengerti belaian orang.
~ Umur 9 - 10 bulan
Dapat merangkak lebih mantap dan kuat
Ada yang mulai dapat berdiri dengan pegangan tangan
Suka memegang sendiri makanannya.
~ Umur 10 - 11 bulan
Dapat berdiri tegak dengan pegangan
Ada yang mulai dapat berjalan dengan pegangan
Mulai dapat mengucapkan satu atau dua kata seperti mama, papa.
~ Umur 11 - 12 bulan
Suka udara luar rumah
Ada yang dapat mengucap kalimat pendek
Mulai dapat meniru gerak-gerik orang dewasa.
Sumber: Johnson Johnson
Asiknya Jalan-Jalan Bersama Bayi
Asiknya Jalan-Jalan Bersama Bayi
Mau liburan tapi selalu gagal karena Anda memiliki bayi? Bingung bagaimana menyiapkan makanan atau pun susu yang sering kali tidak bisa lolos bagasi pesawat atau ‘tentengan’ yang begitu banyak sangat menyulitkan Anda untuk membawanya sekaligus menggendong si kecil. Sudah tak perlu ragu lagi untuk mengajak bayi Anda jalan-jalan atau liburan ke luar kota bahkan ke luar negeri, Anda bisa tetap menjadi ibu hebat bagi si kecil walaupun saat bepergian.Tidak terlalu menyulitkan jika Anda hanya bepergian masih dalam wilayah Indonesia, karena Anda masih dengan mudah menemukan makanan untuk pendamping ASI bayi. Dan juga waktu tempuh yang tidak terlalu lama, resiko bayi bosan juga lebih kecil. Lalu bagaimana jika Anda berlibur ke luar negeri yang harus menempuh penerbangan lebih dari 10 jam?
Agak menakutkan memang membayangkan si kecil rewel selama di pesawat dan mengganggu penumpang lainnya. Yang harus Anda siapkan adalah:
Stoller
Stoller ini berfungsi saat Anda harus menunggu di bandara atau saat turun dari arrival gate dan baggage claim lumayan jauh jaraknya, Anda harus pastikan kepada petugas bahwa stoller sudah ada di arrival gate saat Anda tiba jika tidak Anda harus menggendong sendiri anak dan barang-barang Anda hingga ke baggage claim. Anda bisa memilih stoller merk Quinny Zapp, harganya memang relatif mahal namun paling ringan diantara stoller lainnya dan sangat cocok untuk bepergian.
Datang lebih awal
Cobalah untuk Check in lebih awal, pastikan Anda bisa duduk di depan dan mendapat bassinet (box bayi).
Dengan bassinet Anda tidak perlu memangku bayi sepanjang perjalanan, bayi juga tidak merasa lelah karena bisa tetap tidur layaknya di rumah. Jangan malu untuk bertanya kepada petugas yang ada di dalam pesawat jika Anda membutuhkan bantuan.
Usahakan saat akan take off atau landing bayi sedang diberi susu untuk mengurangi sakit di telinga akibat perubahan tekanan udara. Bayi biasanya agak rewel saat sedang turbulence karena merasa tidak nyaman.
Siapkan barang-barang keperluan si kecil yang akan dibawa ke kabin. Tentu tidak bisa semuanya Anda bawa, pisahkan saja beberapa untuk dibawa dalam satu backpack. Lima lembar popok / diapers, tisu basah, botol susu, obat-obatan, buku bacaan dan mainan kesukaan si kecil. Untuk susu bubuk Anda bisa gunakan milk container seperti Simba Hygiene Milk Powder Container sehingga Anda tidak perlu menyendokkan susu setiap kali mau membuatkan susu.
Obat Alternatif Untuk Anak
Obat Alternatif Untuk Anak
Pernahkah
Anda merasa panic saat dokter terlalu banyak memberikan obat saat anak
Anda sakit? Obat-obat tersebut tentu mengandung sedikitnya bahan kimia
yang bisa berbahaya jika dikonsumsi terus menerus oleh tubuh, apalagi
pada usia dini. Mungkin saatnya Anda mencoba beberapa obat tradisional
yang cukup aman bagi tubuh bayi.
Probiotik
Merupakan bakteri yang memang sengaja
diciptakan untuk membuat keseimbangan dalam system pencernaan dan
meningkatkan kekebalan pada tubuh bayi. Probiotik biasa digunakan untuk
penyakit diare, kolik, dan eksim. Penelitian menunjukkan bahwa probiotik
mampu mengurangi durasi diare yang bisa menyebabkan dehidrasi.
Probiotik bisa Anda beli di apotik terdekat dari rumah Anda.
Teh herbal
Teh herbal biasanya terbuat dari daun
tanaman herbal, akar, batang, atau bunga yang sering dijadikan ramuan
tradisional. Meskipun belum terbukti secara klinis, beberapa dokter
sering menganjurkan orang tua untuk memberikan chamomile untuk anak-anak
yang mengalami perut kembung dan kolik. Penelitian telah dilakukan
bahwa teh herbal mampu mengurangi tangisan bayi pada bayi kolik. Anda
bisa memberikan ramuan teh herbal kepada bayi kolik 3-4 kali sehari,
namun dosisnya jangan terlalu banyak. Anda tetap harus mengutamakan ASI
atau susu formula.
Homeopathy
Homeopathy adalah seni dan ilmu
penyembuhan dengan metode yang aman, lembut dan efektif. Cara kerja dari
homeopathy adalah tubuh akan menyembuhkan dirinya sendiri, apa yang
bisa menyebabkan sakit maka akan bisa juga menyembuhkan. Jenis obat ini
bisa ditemukan di apotik atau toko makanan herbal, berikan kepada bayi
sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Homeo pathy sangat aman untuk bayi,
anak-anak, wanita hamil dan menyusui karena sama sekali tidak memiliki
efek samping atau pun alergi.
Aromatherapy
Sudah cukup lama khasiat dari
aromaterapi dipercaya dapat mengaktifkan pusat emosi di otak,
menciptakan perasaan senang dan tenang. Aroma peppermint bisa
menyembuhkan sakit kepala, lavender untuk relaksasi, dokter biasanya
menyarankan meletakkan beberapa tetes minyak esensial dalam bak mandi
bayi atau pada sapu tangan lalu dekatkan pada tempat tidurnya bisa
membuat bayi tertidur nyenyak.
37 Kebiasaan Orang Tua Yang Tanpa Disadari Menghasilkan Perilaku Buruk Pada Anak
37 Kebiasaan Orang Tua Yang Tanpa Disadari Menghasilkan Perilaku Buruk Pada Anak
1. Raja yang Tak Pernah Salah
Sewaktu anak
kita masih kecil dan belajar jalan tidak jarang tanpa sengaja mereka
menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan
oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi
atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan, “Siapa
yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah
cup….cup…diem ya..Akhirnya si anak pun terdiam.
Ketika
proses pemukulan terhadap benda benda yang mereka tabrak terjadi,
sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak kita bahwa ia tidak pernah
bersalah.
Yang salah
orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia
dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu
kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya
selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan
sanksi, atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu
kekeliruan atau kesalahan.
Kita sebagai
orang tua baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai
melawan pada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena
tanpa sadar kita telah mengajarkan untuk tidak pernah merasa bersalah.
Lalu, apa
yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru berjalan menabrak
sesuatu sehingga membuatnya menangis? Yang sebaiknya kita lakukan adalah
ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah
padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): ” Sayang,
kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya
pelan-pelan saja dulu supaya tidak membentur lagi.”
2. Berbohong Kecil
Awalnya
anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang
tuanya, Mengapa? KArena mereka percaya sepenuhnya pada orang tuanya.
Namun, ketika anak beranjak besar, ia sudah tidak menuruti perkataan
atau permintaan kita? Apa yang terjadi? Apakah anak kita sudah tidak
percaya lagi dengan perkataan atau ucapan-ucapan kita lagi?
Tanpa sadar
kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk
menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat kita terburu-buru
pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau mengajak
berkeliling perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya
dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan
mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita
buru-buru pergi? Atau yang ekstrem kita mengatakan, “Papa/Mama hanya
sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, Sayang.” Tapi
ternyata, kita pulang malam. Contah lain yang sering kita lakukan ketika
kita sedang menyuapi makan anak kita, “Kalo maemnya susah, nanti
Papa?Mama tidak ajak jalan-jalan loh.” Padahal secara logika antara
jalan-jalan dan cara/pola makan anak, tidak ada hubungannya sama sekali.
Dari
beberapa contah di atas, jika kita berbohong ringan atau sering kita
istilahkan “bohong kecil”, dampaknya ternyata besar. Anak tidak percaya
lagi dengan kita sebagai orang tua. Anak tidak dapat membedakan
pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak. akibat lebih lanjut,
anak menganggap semua yang diucapkan oleh orang tuanya itu selalu
bohong, anak mulai tidak menuruti segala perkataan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian:
“Sayang, Papa/Mama mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo Papa/Mama ke kebun binatang, kamu bisa ikut.”
Kita tak
perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini.
Pastinya membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak
karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami
keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita harus
bersabar dan lakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus.
Perlahan anak akan memahami keadaan mengapa orang tuanya selalu pergi di
pagi hari dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut. Sebaliknya bila
pergi ke tempat selain kantor, anak pasti diajak orang tuanya. Pastikan
kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu. Anak akan mampu memahami
dan menuruti apa yang kita katakan.
3. Banyak Mengancam
“Adik, jangan naik ke atas meja! nanti jatuh dan nggak ada yang mau menolong!”
“Jangan ganggu adik,nanti MAma/Papa marah!”
Dari sisi
anak pernyataan yang sifatnya melarang atau perintah dan dilakukan
dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa
kita menghentikan suatu aktivitas, pernyataan itu sudah termasuk
ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “….nanti Mama/Papa marah!”
Seorang anak
adalah makhluk yang sangat pandai dalam mempelajari pola orang tuanya;
dia tidak hanya bisa mengetahui pola orang tuanya mendidik, tapi dapat
membelokkan pola atau malah mengendalikan pola orang tuanya. Hal ini
terjadi bila kita sering menggunakan ancaman dengan kata-kata,namun
setelah itu tidak ada tindak lanjut atau mungkin kita sudah lupa dengan
ancaman-ancaman yang pernah kita ucapkan
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Kita tidak
perlu berteriak-teriak seperti itu. Dekati si anak, hadapkan seluruh
tubuh dan perhatian kita padanya. tatap matanya dengan lembut, namum
perlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang mereka
lakukan. Sikap itu juga dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/Mama
mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini pada adikmu. Papa/Mama
akan makin sayang sama kamu.” Tidak perlu dengan ancaman atau
teriaka-teriakan. Atau kita bisa juga menyatakan suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu konsekuensi, misal “Sayang, bila kamu tidak
meminjamkan mainan in ke adikmu,Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan
kalian berdua tidak bisa bermain. MAinan akan Papa/Mama keluarkan, bila
kamu mau pinjamkan mainan itu ke adikmu. Tepati pernyataan kita dengan
tindakan.
4. Bicara Tidak Tepat Sasaran
Pernahkah
kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila
kamu begini/begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau kamu berbuat seperti itu
lagi!” Namun kita lupa menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal2
atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Anak tidak pernah tahu apa
yang diinginkan atai dibutuhkan oleh orang tuanya dalam hal berperilaku.
Akibatnya anak terus mencoba sesuatu yang baru. Dari sekian banyak
percobaan yang dilakukannya, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang
tuanya. Hal ini mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja
melakukan hal2 yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk mrmbuat
orang tuanya kesal sebagia bentuk kekesalan yang juga ia alami
(tindakannya selalu salah di hadapan orang tua).
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah
hal2 atau tindakan2 yang kita inginkan atau butuhkan pada saat kita
menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita
sukai.Komnikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan
atau butuhkan. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah megalami dan
melakukan segala hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan ,
ucapkanlah terimakasih dengan tulus dan penuh kasih sayang atas segala
usahanya untuk berubah.
5. Menekankan pada Hal-hal yang salah
Kebiasaan
ini hampir sama dengan kebiasaan di atas. Banyak orang tua yang sering
mengeluhkan tentang anak2nya tidak akur, suka bertengkar. Pada saat anak
kita bertengkar, perhatian kita tertuju pada mereka, kita mencoba
melerai atau bahkan memarahi. Tapi apakah kita sebagai orang tua
memperhatikan mereka pada saat mereka bermain dengan akur? Kita
seringkali menganggapnya tidak perlu menyapa mereka karena mereka sedang
akur. Pemikiran tersebut keliru, karena hak itu akan memicu mereka
untuk bertengkar agar bisa menarik perhatian orang tuanya,
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah
pujian setiap kali mereka bermain sengan asyik dan rukun, setiap kali
mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah
dipahami, misal: ”Nah, gitu donk kalau main. Yang rukun.” Peluklah
mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
6. Merendahkan Diri Sendiri
Apa yang
anda lakukan kalau melihat anak anda bermain Playstation lebih dari
belajar? Mungkin yang sering kita ucapkan pada mereka, “Woy… mati in tuh
PS nya, ntar dimarahin loh sama papa kalo pulang kerja!” Atau kita
ungkapkan dengan pernyataan lain, namun tetap dengan figur yang mungkin
ditakuti oleh anak pada saat itu. Contoh pernyataan ancaman diatas
adalah ketika yang ditakuti adalah figur Papa.
Perhatikanlah
kalimat ancaman tersebut. Kita tidak sadar bahwa kita telah mengajarkan
pada anak bahwa yang mampu untuk menghentikan mereka maen ps adalah
bapaknya, artinya figure yang hanya ditakuti adalah sang bapak. Maka
jangan heran kalau jika anak tidak mengindahkan perkataan kita karena
kita tidak mampu menghentikan mereka maen ps.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkanlah
aturan main sebelum kita bicara; setelah siap, dekati anak, tatap
matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti
main sekarang atau berikan pilihan, misal “Sayang, Papa/Mama ingin kamu
mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi?” bila jawabannya
“lima menit lagi Pa/Ma”. Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah
lima menit kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit,
dengan terpaksa papa/mama akan simpan PS nya di lemari sampai lusa”.
Nah, persis setelah lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan
katakan sudah lima menit, tanpa tawar menawar atau kompromi lagi. Jika
sang anak tidak nurut, segera laksanakan konsekuensinya.
7. Papa dan Mama Tidak Kompak
Mendidik
abak bukan hanya tanggung jawab para ibu atau bapak saja, tapi keduanya.
Orang tua harus memiliki kata sepakat dalam mendidik anak2nya. Anak
dapat dengan mudah menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan bagi dirinya. Misal, seorang Ibu melarang anaknya menonton
TV dan memintanya untuk mengerjakan PR, namun pada saat yang bersamaan,
si bapak membela si anak dengan dalih tidak mengapa nonton TV terus agar
anak tidak stress. Jika hal ini terjadi, anak akan menilai ibunya jahat
dan bapaknya baik, akibatnya setiap kali ibunya memberi perintah, ia
akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya.
Demikian juga pada kasus sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua harus
kompak dalam mendidik anak. Di hadapan anak, jangan sampai berbeda
pendapat untuk hal2 yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik
anak. Pada saat salah satu dari kita sedang mendidik anak, maka pasangan
kita harus mendukungnya. Contoh, ketika si Ibu mendidik anaknya untuk
berlaku baik terhadap si Kakak, dan si Ayah mengatakan ,”Kakak juga sih
yang mulai duluan buat gara2…”. Idealnya, si Ayah mendukung pernyataan,
“Betul kata Mama, Dik. Kakak juga perlu kamu sayang dan hormati….”
8. Campur Tangan Kakek, Nenek, Tante, atau Pihak Lain
Pada saat
kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak dan sepaham satu sama
lain dalam mendidik anak-anak kita, tiba-tiba ada pihak ke-3 yang
muncul dan cenderung membela si anak. Pihak ke-3 yang dimaksud seperti
kakek, nenek, om, tante, atau pihak lain di luar keluarga inti.
Seperti pada
kebiasaan ke-7 (Papa dan Mama tidak Kompak), dampak ke anak tetap
negatif bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang
ikut mendidik pada saat keluarga inti mendidik; Anak akan cenderung
berlindung di balik orang yang membelanya. Anak juga cenderung melawan
orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan
yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki
kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses
pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua si anak. Berikan
pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik
oleh para pihak ke-3.
9. Menakuti Anak
Kebiasaan
ini lazim dilakukan oleh para orang tua pada saat anak menangis dan
berusaha untuk menenangkannya. Kita juga terbiasa mengancam anak untuk
mengalihkan perhatiannya, “Awas ada Pak Satpam, ga boleh beli mainan
itu!” Hasilnya memang anak sering kali berhenti merengek atau menangis,
namun secara tidak sadar kita telah menanamkan rasa takut atau benci
pada institusi atau pihak yang kita sebutkan.
Sebaiknya,
berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi
pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak2 juga mampu
berpikir dewasa. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh
pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi Papa/Mama
tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi
menangis hingga diam dengan sendirinya.
10. Ucapan dan Tindakan Tidak Sesuai
Berlaku
konsisten mutlak diperlukan dalam mendidk anak. Konsisten merupakan
keseuaian antara yang dinyatakan dan tidakan. Anak memiliki ingatan yang
tajam terhadap suatu janji, dan ia sanga menghormati orang-orang yang
menepati janji baik untuk beri hadiah atau janji untuk memberi sanksi.
So, jangan pernah mengumbar janji ada anak dengan tujuan untuk
merayunya, agar ia mengikuti permintaan kita seperti segera mandi,
selalu belajar, tidak menonton televisi. Pikirlah terlebih dahulu
sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut.
Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan
alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa
lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
11. Hadiah untuk Perilaku Buruk Anak
Acapkali
kita tidak konsisten dengan pernyataan yang pernah kita nyatakan. Bila
hal ini terjadi, tanpa kita sadari kita telah mengajari anak untuk
melawan kita. Contoh klasik dan sering terjadi adalah pada saat kita
bersama anak di tempat umum, anak merengek meminta sesuatu dan
rengekennya menjadi teriakan dan ada gerak perlawanan. Anak terus
mencari akal agar keinginnanya dikabulkan, bahkan seringkali membuat
kita sebagai orang tua malu. Pada saat inilah kita seringkali luluh
karena tidak sabar lagi dengan rengekan anak kita. Akhirnya kita
mengiyakan keinginan si Anak. “Ya sudah;kamu ambil satu permennya. Satu
saja ya!”
Pernyataan
tersebut adalah sebagai hadiah bagi perilaku buruk si Anak. Anak akan
mempelajarinya dna menerapkannya pada kesempatan lain bahkan mungkin
dengan cara yang lebih heboh lagi.
Menghadapi
kondisi seperti ini, tetaplah konsisten; tidak perlu malu atau takut
dikatakan sebagai orang tua yang kikir atau tega. Orang beefikir
demikian belum membaca buku tentang ini dan mengalami masalah yang sama
dengan kita. Ingatlah selalu bahwa kita sedang mendidik anak, Sekali
kite konsisten anak tak akan pernah mencobanya lagi. Tetaplah KONSISTEN
dan pantang menyerah! Apapun alasannya, jangang pernah memberi hadiah
pada perilaku buruk si anak.
12. Merasa Bersalah Karena Tidak Bisa Memberikan yang Terbaik
Kehidupan
metropolitan telah memaksa sebagian besar orang tua banyak menghabiskan
waktu di kantor dan di jalan raya daripada bersama anak. Terbatasnya
waktu inilah yang menyebabkan banyak orang tua merasa bersalah atas
situasi ini. Akibat dari perasaan bersalah ini, kita, para orang tua
menyetujui perilaku buruk anaknya dengan ungkapan yang sering
dilontarkan, “Biarlah dia seperti ini mungkin akrena saya juga yang
jarang bertemu dengannya…”
Semakin kita
merasa bersalah terhadap keadaan, semakin banyak kita menyemai perilaku
buruk anak kita. Semakin kita memaklumi perilaku buruk yang diperbuat
anak, akan semakin sering ia melakukannya. Sebagian besar perilaku anak
bermasalah yang pernah saya (penulis) hadapi banyak bersumber dari cara
berpikir orang tuanya yang seperti ini.
Apa yang sebaiknya kita lakukan? .
Apa pun yang
bisa kita berikan secara benar pada anak kita adalah hal yang terbaik.
Kita tidak bisa membandingkan kondisi sosial ekonomi dan waktu kita
dengan orang lain. Tiap keluarga memiliki masalah yang unik, tidak sama.
Ada orang yang punya kelebihan pada sapek finansial tapi miskin waktu
bertemu dengan anak, dan sebaliknya. Jangan pernah memaklumi hal yang
tidak baik. Lakukanlah pendekatan kualitas jika kita hanya punya sedikit
waktu; gunakan waktu yang minim itu untuk bisa berbagi rasa sepenuhnya
antara sisa2 tenaga kita, memang tidak mudah. Tapi lakukanlah demi
mereka dan keluarga kita, anak akan terbiasa.
13. Mudah menyerah dan pasrah
Setiap
manusia memiliki watak yang berbeda-beda, ada yang lembut dan ada yang
keras. Dominan flegmatis adalah ciri atak yang dimiliki oleh sebagian
orang tua yang kurang tegas, mudah menyerah, selalu takut salah dan
cenderung mengalah, pasrah. Konflik ini biasanya terjadi bila seorang
yang flegmatis mempunyai anak yang berwatak keras. Dalam kondisi kita
sebagai orang tua yang tidak tegas dan mudah menyerah, si anak justru
keras dan lebih tegas. Akibatnya dalam banyak hal, si anak jauh lebih
dominan dan mengatur orang tuanya. Akibat lebih lanjut, orang tua sulit
mengendalikan perilaku anaknya dan cenderung pasrah. Saya [penulis]
sering mendengar ucapan dari para orang tua yang Dominan Flegmatis,
“Duh… anak saya itu memang keras betul… saya sudah nggak sanggup lagi
mengaturnya.” Atau “Biar sajalah apa maunya, saya sudah nggak sanggup
lagi mendidiknya.”.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Belajarlah
dan berusahalah dengan keras untuk menjadi lebih tegas dalam mengambil
keputusan, tingkatkan watak keteguhan hati dan pantang menyerah. Jiak
perlu ambil orang orang yang kita anggap tegas untuk jadi penasihat
harian kita.
14. Marah Yang Berlebihan
Kita
seringkali menyamakan antara mendidik dengan memarahi. Perlu untuk
selalu diingat, memarahi adalah salah satu cara mendidik yang paling
buruk. Pada saat memarahi anak, kita tidak sedang mendidik mereka,
melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan kita karena kita tidak bisa
mengatasi masalah dengan baik. Marah juga seringkali hanya berupa upaya
untuk melemparkan kesalahan pada pihak lain [dan biasanya yang lebih
lemah, kalo ama yang lebih kuat ya takut].
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan
pernah bicara pada saat marah! Jadi tahanlah dengan cara yang nyaman
untuk kita lakukan seperti masuk kamar mandi atau pergi menghindar
sehingga amarah mereda. Yang perlu dilakukan adalah bicara “tegas” bukan
bicara “keras”. Bicara yang tegas adalah dengan nada yang datar, dengan
serius dan menatap wajah serta matanya dalam dalam. Bicara tegas adalah
bicara pada saat pikiran kita rasional, sedangkan bicara keras adalah
pada saat pikiran kita dikuasai emosi.
Satu contoh
lagi yang kurang baik, pada saat marah biasanya kita emosi dan
mengucapkan/melakukan hal hal yang kelak kita sesali, setelah ini
terjadi, biasanya kita akan menyesal dan berusaha memperbaikinya dengan
memberikan dispensasi atau membolehkan hal hal yang sebelumnya kita
larang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak kita akan
selalu berusaha memancing amarah kita, yang ujung ujungnya si anak
menikmati hasilnya. Anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih
baik kok.
15. Gengsi untuk menyapa
Kita pasti
pernah mengalami bahwa kita terlanjur marah besar pada anak, biasanya
amarah terbawa lebih dari sehari, akibat dari rasa kesal yang masih
tersisa dan rasa gengsi, kita enggan menyapa anak kita. Masing masing
pihak menunggu untuk memulai kembali hubungan yang normal.
Apa yang
harus kita lakukan agar komunikasi mencair kembali? Siapa yang
seharusnya memulai? Kita sebagai orangtua lah yang seharusnya memulai
saat anak mulai menunjukkan tanda tanda perdamaian dan mengikuti
keinginan kita. Dengan cara ini kita dapat menunjukkan pada anak bahwa
kita tidak suka pada sikap sang anak, bukan pada pribadinya.
16. Memaklumi yang tidak pada tempatnya
Ini biasanya
terjadi pada kebanyakan orang tua konservatif. Misalnya melihat anak
laki laki yang suka usil, nakal banget dan suka ngacak, orang tuanya
cenderung mengatakan, “Yah… anak cowo emang harus bandel” atau saat
melihat kakak adik lagi jambak jambakan, mamanya bilang “maklumlah…
namanya juga anak anak”. Atau bahkan ketika si anak memukul teman atau
mbaknya, orang tua masih juga sempat berkelit dengan mengatakan “ya
begitu deh, maklumlah namanya juga anak anak. Nggak sengaja…”
Bila kita
selalu memaklumi tindakan keliru yang dilakukan anak anak, otomatis si
anak berpikir perilakunya sudah benar, dan akan jadi sangat buruk kalau
terbawa sampai ke dewasa.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak
perlu memaklumi hal yang tidak perlu dimaklumi kok, kita harus mendidik
setiap anak tanpa kecuali sesuai dengan sifat dasarnya. Setiap anak bisa
dididik dengan tegas[ingat: bukan keras] sejak usia 2 tahun. Semakin
dini usianya, semakin mudah untuk dikelola dan diajak kerja sama. Anak
kita akan mau bekerja sama selama kita selalu mengajaknya dialog dari
hati ke hati, tegas, dan konsisten. Ingat, tidak perlu menunggu hingga
usianya beranjak dewasa, karena semakin bertambah usia, semakin tinggi
tingkat kesulitan untuk mengubah perilaku buruknya.
17. Penggunaan istilah yang tidak jelas maksudnya
Seberapa
sering kita sebagai orang tua mengungkapkan pernyataan seperti “Awas ya,
kalau kamu mau diajak sama mama/papa, tidak boleh nakal!” atau, “awas
ya, kalau nanti diajak sama mama/papa, jangan bikin malu mama”, bisa
juga terungkap, “kalo mau jalan jalan ke taman bermain, jangan macam
macam ya”.
Nah, tanpa
disadari kita seringkali menggunakan istilah istilah yang sulit
dimengerti ataupun bermakna ganda. Istilah ini akan membingungkan anak
kita. dalam benak mereka bertanya apa yang dimaksud dengan nakal,
tingkah laku apa yang termasuk dalam kategori nakal, begitu pula dengan
istilah “jangan macam macam”, perilaku apa yang termasuk kategori “macam
macam”. Selain bingung, mereka juga akan menebak nebak arti dari
istilah istilah tersebut.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Bicaralah
dengan jelas dan spesifik, misalnya “Sayang, kalau kamu mau ikut
mama/papa, tidak boleh minta mainan, permen, dan tidak boleh berteriak
teriak di kasir seperti kemarin ya”. Hal ini penting agar anak
mengetahui batasan batasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
serta jangan lupa menyepakati apa konsekuensinya bila kesepakatan ini
dilanggar.
18. Mengharap perubahan instan
Kita
terbiasa hidup dalam budaya yang serba instant, seperti mie instant,
susu instant, teh instant. Sehingga kita anak berbuat salah, kita sering
ingin sebuah perubahan yang instant pula, misal ketika biasa terlambat
bangun, nggak beresin tempat tidur, sulit dimandikan, kita ingin agar
anak kita berubah total dalan jangka waktu sehari.
Apabila kita
sering memaksakan perubahan pada anak kita dalam waku singkat tanpa
tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak sulit memenuhinya. Dan ketika
ia gagal dalam memenuhi keinginan kita, ia akan frustasi dan tidak
yakin bisa melakukanannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan
perlawanan seperti banyak bikin alasan, acuh tak acuh, atau marah marah
pada adiknya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita
mengharapkan perubahan kebiasaaan pada anak, berikanlah waktu untuk
tahapan tahapan perubahan yang rasional untuk bisa dicapainya. Hindari
target perubahan yang tidak mungkin bisa dicapainya. Bila mungkin,
ajaklah ia untuk melakukan perubahan dari hal yang paling mudah.
Biarkanlah ia memilih hal yang paling mudah menurutnya untuk diubah.
Keberhasilannya untuk melakukan perubahan tersebut memotivasi anak untuk
melakukan perubahan lainnya yang lebih sulit. Puji dan jika perlu
rayakan keberhasilan yang dicapainya, sekecil dan sesederhana apapun
perubahan itu. Hal ini untuk menunjukkan betapa seriusnya perhatian kita
terhadap usaha yang telah dilakukannya. Pusatkan perhatian dan pujian
kita pada usahanya, bukan pada hasilnya.
19. Pendengar yang buruk
Sebagian
besar orang tua adalah pendengar yang buruk bagi anak anaknya. Benarkah?
Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, orang tua lebih suka
menyela, langsung menasehati tanpa mau bertanya permasalahannya serta
asal usul kejadiannya.
Sebagai
contoh, anak kita baru saja pulang sekolah yang mestinya pulangnya
siang, dia datang di sore hari. Kita tidak mendapat keterangan apapun
darinya atas keterlambatan tersebut. Tentu saja kita kesal menunggu dan
sekaligus khawatir. Lalu pada saat anak kita sampai dan masih lelah,
kita langsung menyambutnya dengan serentetan pertanyaan dan omelan.
Bahkan setiap kali anak hendak bicara, kita selalu memotongnya.
Akibatnya ia amalah tidak mau bicara dan marah pada kita.
Bila kita
tidak berusaha mendengarkan mereka, maka mereka pun akan bersikap
seperti itu pada kita dan akan belajar mengabaikan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita
tidak menghendaki hal ini terjadi, maka mulai saat ini jadilah pendengar
yang baik. Perhatikan setiap ucapannya. Ajukan pertanyaan pertanyaan
untuk menunjukkan ketertarikan kita akan persoalan yang dihadapinya.
20. Selalu menuruti permintaan anak.
Apakah anak
kita adalah anak semata wayang? Atau anak laki laki yang ditunggu tunggu
dari beberapa anak perempuan kakak-kakaknya? Atau mungkin anak yang
sudah bertahun tahun ditunggu tunggu? Fenomena ini seringkali menjadikan
orang tua teramat sayang pada anaknya sehingga ia menerapkan pola asuh
open bar, atau mo apa aja boleh atau dituruti.
Seperti
Radja Ketjil, semakin hari tuntutannya semakin aneh dan kuat, jika ini
sudah menjadi kebiasaan akan sulit sekali membendungnya. Anak yang
dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal
toleransi, dan tidak bisa bersosialisasi.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Betapapun
sayangnya kita pada anak, jangan lah pernah memberlakukan pola asuh
seperti ini. Rasa sayang tidak harus di tunjukkan dengan menuruti segala
kemauannya. Jika kita benar sayang, maka kita harus mengajarinya
tentang nilai baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang boleh dan
yang nggak. Jika tidak, rasa sayang kita akan membuat membuatnya jadi
anak yang egois dan ‘semau gue’. Inilah yang dalam bahasa awam sering
disebut anak manja.
21. Terlalu Banyak Larangan
Ini adalah
kebalikan dari kebiasaan di atas. Bila Kita termasuk orang tua yang
berkombinasi Melankolis dan Koleris, kita mesti berhati2 karena biasanya
kombinasi ini menghasilkan jenis orang tua yang “Perfectionist”. Orang
tua jenis ini cenderung ingin menjadikan anak kita seperti apa yang kita
inginkan secara SEMPURNA, kita cenderung membentuk anak kita sesuai
dengan keinginan kita; anak kita harus begini tidak boleh begitu;
dilarang melakukan ini dan itu.
Pada saatnya
anak tidak tahan lagi dengan cara kita. Ia pun akan melakukan
perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri (jika anak kita tipe
sensitive) atau dengan perlawanan tersembunyi (jika anak kita tipe
keras) atau dengan perang terbuka (jika anak kita tipe ekspresif keras).
Oleh karena itu, kurangilah sifat perfeksionis kita, Berilah izin
kepada anak untuk melakukan banyak hal yang baik dan positif.
Berlatihlah untuk selalu berdialog agar kita bisa melihat dan memahami
sudut pandang orang lain. Bangunlah situasi saling mempercayai antara
anak dan kita. Kurangilah jumlah larangan yang berlebihan dengan meminta
pertimbangan pada pasangan kita. Gunakan kesepakatan2 untuk memberikan
batas yang lebih baik. Misal, kamu boleh keluar tapi jam 9 malam harus
sudah tiba di rumah. Jika kemungkinan pulang terlambat, segera beri tahu
Papa/Mama.
22. Terlalu Cepat Menyimpulkan
Ini adalah
gejala lanjutan jika kita sebagai orang tua yang mempunyai kebiasaan
menjadi pendengar yang buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan pada
saat anak kita sedang memberi penjelasan, dan segera menentukan
kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Padahal
kesimpulan kita belum tentu benar, dan bahan seandainya benar, cara
seperti ini akan menyakitkan hati anak kita.
Seperti
contoh anak yang pulang terlambat. Pada saat anak kita pulag terlambat
dan hendak menjelaskan penyebabnya, kita memotong pembicaraannya dengan
ungkapan, “Sudah! Nggak pake banyak alesan.” Atau “Ah, Papa/Mama tahu,
kamu pasti maen ke tempat itu lagi kan?!”.
Jika kita
emlakukan kebiasaan ini terus menerus, anak akan berpikir kita adalah
orang tua ST 001 [alias Sok Tau Nomor Satu], yang tidak mau memahami
keadaan dan menyebalkan. Lalu mereka tidak mau bercerita atau berbicara
lagi, dan akibat selanjutnya sang anak akan benar benar melakukan hal
hal yang kita tuduhkan padanya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat kita
lagi, dan pada tahapan terburuk, dia akan pergi pada saat kita sedang
berbicara padanya. Pernahkah anda mengalami hal ini?
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan
pernah memotong pembicaraan dan mengambil kesimpulan terlalu dini. Tak
seorang pun yang suka bila pembicaraannya dipotong, apalagi ceritanya
disimpulkan oleh orang lain.
Dengarkan,
dengarkan, dan dengarkan sambil memberikan tanggapan positif dan
antusias. Ada saatnya kita akan diminta bicara, tentunya setelah anak
kita selesai dengan ceritanya. Bila anak sudah membuka pertanyaan,
“menurut Papa/Mama bagaimana?” artinya ia sudah siap untuk mendengarkan
penuturan atau komentar kita.
23. Mengungkit kesalahan masa lalu
Kebiasan
menjadi pendengar yang buruk dan terlalu cepat menyimpulkan akan
dilanjutkan dengan penutup yang tidak kalah menyakitkan hati anak kita,
yakni dengan mengungkit ungkit catatan kesalahan yang pernah dibuat anak
kita. Contohnya, “Tuh kan Papa/Mama bilang apa? Kamu tidak pernah mau
dengerin sih, sekarang kejadian kan. Makanya dengerin kalau orang tua
ngomong. Dasar kamu emang anak bodo sih.”
Kiat
berharap dengan mengungkit kejadian masa lalu, anak akan belajar dari
masalah. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ia akan sakit hati dan
berusaha mengulangi kesalahannya sebagai tindakan balasan dari sakit
hatinya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jika kita
tidak ingin anak berperilaku buruk lagi, jangan lah diungkit ungkit masa
lalunya. Cukup dengan tatapan mata, jika perlu rangkullah ia. Ikutlah
berempati sampai dia mengakui kesalahan dan kekeliruannya. Ucapkan
pernyataan seperti “manusia itu tempatnya salah dan lupa, semoga ini
menjadi pelajaran berharga buat kamu”, atau “Papa/mama bangga kamu bisa
menemukan hikmah positif dari kejadian ini”. Jika ini yang kita lakukan,
maka selanjutnya dia akan lebih mendengar nasehat kita. Coba dan
buktikanlah!.
24. Suka Membandingkan
Hal yang
paling menyebalkan adalah saat kita dibandingkan dengan orang lain. Bila
kita sedang berada di suatu acara dan bertemu dengan orang yang
berpakaian hampir sama atau berwarna sama, kita merasa tidak nyaman
untuk berdekatan. Apalagi jiak disbanding bandingkan [FTR, saya tidak
merasa seperti ini lho!]
Secara
psikologis, kita sangat tdiak suka bila keberadaan kita baik secara
fisik atau sifat sifat kita dibandingkan dengan orang lain. Coba ingat
ingatlah pengalaman kita saat ada orang yang membandingkan kita,
bagaimana perasaan kita saat itu?
Tetapi
anehnya, kebanyakan orang tua entah kenapa justru sering melakukan hal
ini pada anaknya. Misal membandingkan anak yang malas dengan yang rajin.
Anak yang rapi dengan yang gedabrus. Anak yang cekatan dengan anak yang
lamban. Terutama juga anak yang mendapat nilai tinggi di sekolah dengan
anak yang nilainya rendah. Ungkapan yang sering terdengar biasanya
seperti, “Coba kamu mau rajin belajar kayak adik mu, maka pasti nilai
kamu tidak seperti ini!”.
Jika kita
tetap melakukan kebiasaan ini, maka ada beberapa akibat yang langsung
kita rasakan; anak kita makin tidak menukai kita. anak yang dibandingkan
akan iri dan dengki dengan si pembanding. Anak pembanding akan merasa
arogan dan tinggi hati.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Tiap manusia
terlahir dengan karakter dan sifat yang unik. Maka jangan sekali kali
membandingkan satu dengan yang lainnya. Catatlah perubahan perilaku
masing masing anak. Jika ingin membandingkan, bandingkanlah dengan
perilaku mereka di masa lalu, ataupun dengan nilai nilai ideal yang
ingin mereka capai. Misalnya, “Eh, biasanya anak papa/mama suka
merapikan tempat tidur, kenapa hari ini nggak ya?”
25. Paling benar dan paling tahu segalanya
Egosentris
adalah masa alamiah yang terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Usia tersebut
adalah masa ketika anak merasa paling benar dan memaksakan kehendaknya.
Tapi entah mengapa ternyata sifat ini terbawa dan masih banyak dimiliki
oleh para orang tua. Contoh ungkapan orang tua, “ah kamu ini anak bau
kencur, tau apa kamu soal hidup.” Atau, “kamu tau nggak, kalo papa/mama
ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi nggak pake kamu
nasehatin papa/mama!”.
Jika kita
memiliki kebiasaan semacam ini, maka kita membuat proses komunikasi
dengan anak mengalami jalan buntu. Meskipun maksud kita adalah untuk
menunjukkan superioritas kita di depan anak, tapi yang ditangkap anak
adalah semacam kesombongan yang luar biasa, dan tentu saja tak seorang
pun mau mendengarkan nasehat orang yang sombong.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Seringkali
usia dijadikan acuan tentang banyaknya pengetahuan juga banyaknya
pengalaman. Pada zaman dulu hal ini bisa jadi benar, namun untuk saat
ini, kondisi itu tidak berlaku lagi. Siapa yang lebih banyak mendapatkan
informasi dan mengikuti kegiatan kegiatan, maka dialah yang lebih
banyak tahu dan berpengalaman.
Jadi
janganlah merasa menjadi orang yang paling tahu, paling hebat, paling
alim. Dengarkanlah setiap masukan yang datang dari anak kita.
26. Saling melempar tanggung jawab
Mendidik
anak terutama menjadi tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu. Bila
kedua belah pihak merasa kurang bertanggung jawab, maka proses
pendidikan anak akan terasa timpang dan jauh dari berhasil. Celakanya
lagi, bila orang tua sudah mulai merasakan dampak perlawanan dari anak
anaknya, yang sering terjadi malah saling menyalahkan satu sama lain.
Pernyataan
yang kerap muncul adalah, “kamu emang nggak becus ngedidik anak”, dan
kemudian dibalas “enak aja lo ngomong begitu, nah kamu sendiri, selama
ini kemana aja?!”. Jika cara ini yang dipertahankan di keluarga, akankah
menyelesaikan masalah? Tunggu saja hasilnya, pasti orang tua lah yang
akan menuai hasilnya, sang anak akan merasa perilaku buruknya adalah
bukan karena kesalahannya, tapi karena ketidak becusan salah satu dari
orang tuanya. Jelas anak kita akan merasa terbela dan semakin
berperilaku buruk.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Hentikan
saling menyalahkan. Ambillah tanggung jawab kita selaku orang tua secara
berimbang.keberhasilan pendidikan ada di tangan orang tua. Pendidikan
adalah kerja sama tim, da bukan individu. Jangan pakai alasan tidak ada
waktu, semua orang sama sama memiliki waktu 24 jam sehari, jadi aturlah
waktu kita dengan berbagai macam cara dan kompaklah selalu dengan
pasangan kita.
Selalu lakukan introspeksi diri sebelum introspeksi orang lain.
27. Kakak harus selalu mengalah
Di negeri
ini terdapat kebiasaan bahwa anak yang lebih tua harus selalu mengalah
pada saudaranya yang lebih muda. Tampaknya hal itu sudah menjadi budaya.
Tapi sebenarnya, adakah dasar logikanya dan dimana prinsip keadilannya?
Ada satu contoh nyata seperti berikut:
Ada seorang
kakak beradik, kakak bernama Dita dan adik bernama Rafiq. Neneknya
selaku pengasuh utama selalu memarahi Dita ketika Rafiq menangis. Tanpa
mengetahui duduk persoalan serta siapa yang salah dan benar, si Nenek
selalu membela si adik dan melimpahkan kesalahan pada kakaknya. “Kamu
ini gimana sih? Sudah besar kok tidak mau mengalah ama adiknya.”
Begitulah ucapan yang keluar dari mulut si Nenek. Terkadang dibumbui
dengan cubitan pada kakaknya.
Apa yang
terjadi selanjutnya? Dita menjadi anak yang tidak memiliki rasa percaya
diri. Ia pun mulai membenci adiknya. Lama kelamaan Dita mulai banyak
melawan atas ketidak adilan ini, dan yang terjadi kemudian adalah kedua
bersaudara ini makin sering bertengkar. Sementara Rafiq yang selalu
dibela bela menjadi makin egois dan makin berani menyakiti kakaknya,
selalu merasa benar dan memberaontak. Sang nenek perlahan lahan
menobatkan Radja Ketjil yang lalim di tengah keluarga ini.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Anak harus
diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas
dari apakah dia lebih muda atau lebih tua. Nilai benar dan salah tidak
mengenal konteks usia. Benar selalu benar dan salah selalu salah
berapapun usia pelakunya.
Berlakulah
adil. Ketahuilah informasi secara lengkap sebelum mengambil keputusan.
Jelaskan nilai benar dan salah pada masing masing anak, buat aturan main
yang jelas yang mudah dipahami oleh anak anak anda.
28. Menghukum secara fisik
Dalam
kondisi emosi, kita cenderung sensitif oleh perilaku anak, dimulai
dengan suara keras, dan kemudian meningkat menjadi tindakan fisik yang
menyakiti anak.
Jika kita
terbiasa dengan keadaan ini, kita telah mendidiknya menjadi anak yang
kejam dan trengginas, suka menyakiti orang lain dan membangkang secara
destruktif. Perhatikan jika mereka bergaul dengan teman sebayanya.
Percaya atau tidak, anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul.
Anak yang suka memukul temannya pada umumnya adalah anak yang sering
dipukuli di rumahnya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan
pernah sekalipun menggunakan hukuman fisik kepada anak, mencubit,
memukul, atau menampar bahkan ada juga yang pakai alat seperti cambuk,
sabuk, rotan, atau sabetan.
Gunakanlah
kata kata dan dialog, dan jika cara dialog tidak berhasil maka cobalah
evaluasi diri kita. Temukanlah jenis kebiasaan yang keliru yang selama
ini telah kita lakukan dan menyebabkan anak kita berperilaku seperti
ini.
29. Menunda atau membatalkan hukuman
Kita semua
tahu bahaya yang luar biasa dari merokok, mulai dari kanker, impotensi,
sampai gangguan kehamilan dan janin. Tapi mengapa masih banyak yang
tidak peduli dan tetap membandel untuk terus menjadi ahli hisap? Jelas
karena akibat dari rokok itu terjadi kemudian dan bukan seketika itu
juga.
Begitu juga
dengan anak kita. Jika anda menjanjikan sebuah konsekuensi hukuman atau
sanksi bila anak berperilaku buruk, jangan menunggu waktu yang terlalu
lama, menunda, atau bahkan membatalkan karena alasan lupa atau kasihan.
Bila telah
terjadi kesepakatan antara kita dan anak seperti tidak boleh minta minta
dibelikan permen atau mainan dan ternyata anak mencoba coba untuk
merengek, kita ingatkan kembali pada kepadanya tentang kesepakatan yang
kita buat bersama. Anak biasanya akan berhenti merengek. Namun sayangnya
kietika anak berhenti merengek , kita menganggap masalah susah selesai
dan akhirnya kita menunda atau bahkan membatalkan hukuman entah karena
lupa atau kasihan. Apa akibatnya? Anak akan mempunya anggapan bahwa kita
hanya omong doang, maka mereka akan mempunya tendensi untuk melanggar
kesepakatan karena hukuman tidak dilaksanakan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jila kita
sudah mempunyai kesepakatan dan anak melanggarnya, maka sanksi harus
dilaksanakan, jika kita kasihan, kita bisa mengurangi sanksinya, dan
usahakan hukumanya jangan bersifat fisik, tapi seperti pengurangan bobot
kesukaan mereka seperti jam bermain, menonton tv, ataupun bermain video
game.
30. Terpancing Emosi
Jika ada
keinginannya yang tidak terpenhi anak sering kali rewel atau merengak,
menagis, berguling dsb, dengan tujuan memancing emosi kita yang apda
kahirnya kita marah atau malah mengalah. Jika kita terpancing oleh emosi
anak, anak akan merasa menang, dan merasa bisa megendalikan orang
tuanya. Anak akan terus berusaha mengulanginya pada kesempatan lain
dengan pancingan emosi yang lebih besar la gi.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Yang terbaik
adalah diam, tidak bicara, dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulah
anak kita. Bila anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak
akan mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap
berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan
kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi. Setelah pernyataan itu
kita keluarkan, lakukan aksi diam. Cukup tatap dengan mata pada anak
kita yang berulah, hingga ia berhenti berulah, Bila proses ini
membutuhkan waktu lebih dari 30 menit tabahlah untuk melakukannya. Dalam
proses ini kita jangan malu pada orang yang memperhatikan kita; dan
jangan pula ada orang lain yang berusaha menolong anak kita yang sedang
berulah tadi… SEKALI KITA BERHASIL MEMBUAT ANAK KITA MENGALAH, MAKA
SELANJUTNYA DIA TIDAK AKAN MENGULANGI UNTUK YANG KEDUA KALINYA.
31. Menghukum Anak Saat Kita Marah
Hal yang
perlu kita perhatikan dan selalu ingat adalah jangan pernah memberikan
sanksi atau hukuman apa pun pada anak ketika emosi kita sedang memuncak.
Pada saat emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut
kita, baik dalam bentuk kata2 maupun hukuman akan cenderung menyakiti
dan menghakimi dan tidak menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut
akan membekas meski ia telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam
pada orang tuanya karena sering mendapatkan perlakuan di luar batas.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
- Γ bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.
- Γ Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.
32. Mengejek
Orang tua
yang biasa menggoda anaknya, seringkali secara tidak sadar telah membuat
anak menjadi kesal. Dan ketika anak memohon kepada kita untuk tidak
menggodanya, kita malah semakin senang telah berhasil membuatnya kesal
atau malu. Hal ini akan membangun ketidaksukaan anak pada kita dan yang
sering terjadi anak tidak menghargai kita lagi. Mengapa? Karena ia
menganggap kita juga seperti teman2nya yang suka menggodanya,
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Jika ingin
bercanda dengan anak kita, pilihlan materi bercanda yang tidak
membuatnya malu atau yang merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jika
seolah-olah kitalah yang jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap
aka n menghormati kita sesudah acara canda selesai. Jagalah batas2 dan
hindari bercanda yang bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagimana
caranya? Lihat ekspresi anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera
menghentikannya? Bila ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta
maaflah ayas kejadian yang baru terjadi. Katakan bahwa kita tidak
bermaksud merendahkannya dan kita berjanji tidak akan mengulanginya
lagi.
33. Menyindir
Terkadang
karena saking marahnya orang tua sering mengungkapkannya dengan kata2
singkat yang pedas dengan maksud menyindir, seperti, “Tumben hari gini
sudah pulang”, atau “Sering2 aja pulang malem!” atau”Memang kamu pikir
Mama/Papa in satpam yang jaga pintu tiap malam?”.
Kebiasaan
ini tidak akan membuat anak kita menyadari akan perilaku buruknya tapi
malah sebaliknya akan mebuat ia semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak
dengan kita. Kita telah menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin
berkomunikasi dengan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Katakanlah
secara langsung apa yang kita inginkan dengan kalimat yang tidak
menyinggung perasaan, memojokkan bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja,
“Sayang, Papa/Mama khawatir akan keselamatan kamu lho kalo kamu pulang
terlalu malam”. Dan sejenisnya.
34. Memberi julukan yang buruk
Kebiasaan
memberikan julukan yang buruk pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah
diri, tidak percaya diri/mimder, kebencian juga perlawanan. Adakalanya
anak ingin membuktikan kehebatan julukan atau gelar tersebut pada orang
tuanya.
Solusinya
Mengganti
julukan buruk dengan yang baik, seperti, anak baik, anak hebat, anak
bijaksana. Jika tidak bisa menemukannya cukup dengan panggil dengan nama
kesukaannya saja
.
35. Mengumpan Anak yang Rewel
Pada saat
anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu de ngan memaksa,
kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal
ini dimaksudkan supaya anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi
malah sebaliknya, rengekan anak semakin menjadi-jadi. Contohnya, anak
menangis karena ia minta dibelikan mainan, Kemusian kita berusaha
membuatnya diam dengan berusaha mengalihkan perhatiannya seperi, ” Tuh
lihat tuh ada kakak pake baju warna apa tuh…”atau” Lihat ini lihat,
gambar apa ya lucu banget?”
Ingatlah
selalu, pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkannya, ia
akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif.
Anak kita pada umumnya adalah anak yang cerdas. ia tidak ingin diakihkan
ke hal lain jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya.
Semakin kita berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marah lah anak
kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan
apa yang diinginkan oleh anak kita dengan membicarakannya dan membuat
kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di
rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan terhadap
permintaan anak tesebut, seperti “Papa/Mama belum bisa membelikan mainan
itu saat ini. Jika kamu mau harus menabung lebih dahulu. Nanti
Papa/Mama ajari cara menabung. Bila kamu terus merengak kita tidak jadi
jalan-jalan dan langsung pulang.” Jika kalimat ini yang kita katakan dan
anak kita tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja
belum selesai, Untuk urusan belanja kita masih bisa menundanya. Tapi
jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.
36. Televisi sebagai agen Pendidikan Anak
Perilaku anak terbentuk karena 4 hal:
- Γ berdasar kepada siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: kita atau TV?
- Γ oleh siapa yang dia percaya: apakah anak percaya pada kata2 kita atau ketepatan wakyu program2 TV?
- Γ oleh siapa yang meyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasehatinya dengan cara menyenangkan atau program2 TV yang lebih menyenangkan?
- Γ oleh siapa yang sering menemaninya: kita atau TV?
Apa yang seharusnya kita lakukan?
ΓΌ Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita.
ΓΌ 2, Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak2nya.
ΓΌ Gantilah
program TV dengan film2 pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang
mulai dari kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.
37. Mengajari Anak untuk Membalas
Sebagian
anak ada yang memiliki kecenderungan suka memukul dan sebagian lagi
menjadi objek penderita dengan lebih banyak menerima pukulan dari rekan
sebayanya. Sebagian orang tua biasanya tidak sabar melihat anak kita
disakiti dan memprovokasi anak kita unutuk membalasnya. Hal ini secara
tidak langsung mengajari anak balas dendam. Sebab pada saat itu emosi
anak sedang sensitif dan apa yang kita ajarkan saat itu akan membekas.
Jangan kaget bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang
kita sampaikan kepadanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?:
a. mengajarkan anak untuk menghindari teman-teman yang suka menyakiti.
b. Menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya.
c. ajaklah orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio atau media lainnya.
sumber: ayah edy, parenting consultant and holistic learning, search from google
Langganan:
Postingan (Atom)